Mawaddah Asso
Desember kemarin Allah takdir kan saya menjadi tamunya. Gratis tanpa ongkir dan fasilitas nya juga langsung dari Allah SWT…
Mulanya saya hanya sebatas mahasiswa dari kampus kecil yang tidak waw seperti lainnya. Dulu kampus saya bernama STIU tapi seiring nya waktu nama itu kian berganti menjadi STAI dengan perkembangan yang Alhamdulillah luar biasa. Sebelum saya selesai kuliah Allah takdirkan saya menginjakkan kaki ke tanah Papua tepatnya Wamena. Pegunungan tengah yang orang-orang nya suku Dani masih kental dengan adat dan budaya yang berbeda. Tahun 2017 Allah izinkan saya berjuang meski belum menyelesaikan tugas saya sebagai mahasiswa di bangku kuliah. Tahun 2018 Allah juga memberikan saya kesempatan menyelesaikan kuliah saya meski saya tidak ikut wisuda karena terhalang jarak. Setiap hari saya pun bergelut dengan kegiatan mengajar dan menjadi teman bagi santri-santri pelosok-pelosok tepatnya pondok pesantren Al Istiqomah Walesi satu-satunya icon Islam di Wamena. Waktu kian berjalan Alhamdulillah Allah memberikan saya kesempatan untuk terus berjuang bertemu dengan berbagai macam pengalaman, sakit, tawa dan juga lelah yang sangat luar biasa.
Hingga akhirnya tahun 2019 meledak lah kota Wamena dengan adanya kerusuhan yang menyebabkan banyak korban dan orang-orang pada meninggal kan kota ini. Ribuan manusia berlarian karena hujan batu dan api dimana-mana. Saat itu pula bukannya aku tak mau pergi dan punya keberanian yang luar biasa melainkan masih terhalang dengan rintihan hati anak kecil yang tak berdosa. Anak-anak ku yang kian saya rawat setiap hari mereka menangis… Ustadzah jangan pergi klo ustadzah Pulang Islam ini juga ikut Pulang kira-kira begitu ucapan mereka. Hingga aku tak sengaja catatan itu di tulis ribuan manusia yang baca dan berkomentar. Dan tahun yang sama itu pula Allah takdir kan saya punya bonus gratis umrah namun tertunda karena pandemi covid 19. Saya kira Allah SWT sudah tidak akan kasih saya kesempatan untuk menjadi tamunya namun ternyata tidak tepatnya kemarin tahun 2022 Allah SWT memberikan saya kesempatan untuk bertamu ke baitullah. Luar biasa takdir nya hingga saya pun tak mampu ucapkan apa-apa selain syukur Alhamdulillah. Dari keteguhan itu pula Allah SWT takdirkan saya berjumpa dengan jodoh saya dengan sesingkat mungkin proses nya tanpa apa-apa hanya satu Minggu langsung menuju pernikahan.
Dosen ku dulu pernah bilang ketika di organisasi… Ingat apa-apa itu harus totalitas apalagi soal kebaikan maka kita harus gercep. Itu terus menjadi ramuan penting bagi saya meski orang-orang terheran saat ditanya… Ustadzah lulusan mana kah? Ketika mendengar Madura mereka seakan tak percaya adakah kampus yang bisa melahirkan generasi kuat dan muda. Mungkin mereka sangka Madura hanyalah tempat celurit dan pertanian. Alhamdulillah hal itu saya buktikan Terima Kasih STAI yang sudah mendidik saya meski awalnya saya menjadi Guru tidak dibayar tapi Allah SWT sudah bayar tuntas dengan saya menjadi tamu Allah langsung. Semoga kampus ku semakin energik dan melahirkan generasi yang Hebat untuk menjadi solusi ke masyarakat. Aamiin ya Allah
Akhirnya setelah muqaddimah panjang itu saya pun bisa mengerti… Dulu saat saya kuliah orang sell bilang ngapain kuliah toh ujung-ujungnya sama tetap saja di dapur Memang sama semua perempuan pasti akan menjadi ibu dan istri tapi dapurnya perempuan yang berpendidikan sangat lah jauh berkualitas dengan dapur nya perempuan yang tidak punya pendidikan. InsyaAllah semua perempuan akan faham ini maka dari itu penting punya ilmu pengetahuan apalagi kelak perempuan akan menjadi madrasatul ula bagi anak-anak nya. STAI Terima Kasih untuk tumbuh menjadi panduan kami dan Terima Kasih untuk semua dosen kami yang kian sabar menjadi panutan kami.
